Tsaqofatuna.id – Menanggapi gagasan generasi emas 2045, Pengamat Kebijakan Publik dari Indonesian Justice Monitor (IJM) Dr. Erwin Permana berujar, yang ada sekarang adalah generasi cemas.
“Bukan generasi emas, justru yang ada di dalam masyarakat sekarang adalah generasi cemas,” ujarnya dalam Kabar Petang: Generasi Emas 2045, Apa Bisa Tercapai Kalau Kampus & Rakyat Tak Bergerak? Di kanal YouTube Khilafah News, Minggu (24/3/2024).
Ia lantas mempertanyakan, bagaimana nasib generasi tahun 2045 nanti, ketika hari ini distribusi tanah kepemilikan lahan itu sangat tidak merata?
“Satu perusahaan Indonesia saja, Sinar Mas, itu menguasai 3 juta hektare lebih lahan,” ucapnya mencontohkan.
Sedangkan lanjut Erwin, generasi anak-anak muda sekarang, jangankan anak mudanya orang tuanya saja susah untuk mendapatkan sebidang tanah.
“Itu orang tuanya loh ya! Belum anaknya, belum cucunya nanti. Jadi, anak generasi sebut misal Gen Z sekarang ini, usia kisaran antara 18-25 tahun, bapaknya usia 40-50 tahun, banyak kan yang seusia segitu yang belum memiliki tanah, belum memiliki rumah, masih ngontrak gitu. Kenapa? karena begitu eksklusifnya kepemilikian lahan” ungkap Erwin.
Ia pun menegaskan, kalau lahan sudah dikuasai segelintir orang (kapitalis), bagaimana masyarakat dan generasi tidak cemas?
“Mereka tidak memiliki tempat tinggal yang tetap, yang permanen. Yang sekali waktu bisa saja diusir, bisa saja digusur,” ucapnya prihatin.
Belum lagi, kata Erwin, kualitas pendidikan, lapangan pekerjaan dan keadilan hukum yang tidak ada kepastian, sekarang ini masyarakat justru berada di jalan kecemasan.
“Enggak tahu 2045 ini, bagaimana nasib kita,” ucapnya.
Sementara itu, mengenai generasi dan visi Indonesia emas, Erwin berpendapat bahwa masyarakat seharusnya bergerak untuk mewujudkan hal itu.
“Sebagai warga negara, nah ini harus bergerak sehingga Indonesia emas itu terwujud,” gugahnya.
Emas itu, kata Erwin, akan menjadi emas kalau memang ditempa. Ada proses penempaan, ada proses peleburan biji emas, sehingga kemudian terbentuk emas.
“Emas yang diambil dari dalam perut bumi itu dikeluarkan melalui sekian banyak proses, sehingga yang tersisa adalah emas-emas yang murni. Itu prosesnya tidak mudah, tidak ringan, ada proses perjuangan,” jelasnya menganalogikan.
Begitulah, menurutnya, kalau ingin merubah Indonesia cemas hari ini menuju Indonesia emas.”Ada proses-proses seperti itu. Harus bergerak, malah mungkin tidak cukup hanya sebatas pergerakan. Kita harus berlari, harus senantiasa menyiapkan setiap pori-pori tubuh kita untuk lebih waspada dengan kondisi seperti sekarang ini” gugahnya.
Lebih lanjut, Erwin menyampaikan, minimum kita harus bergerak. Bergerak menuntut ilmu agama (mengaji) dan berdakwah memahamkan Islam (sebagai agama dan solusi sistem kehidupan) kepada generasi-generasi milenial ini.
“Membuka mata mereka, bahwa sejatinya fakta kerusakan yang ada adalah akibat tata penyelenggaraan negara yang buruk yang bersumber dari sistem buruk sekuler demokrasi yang ternyata selama ini tidak membawa kebaikan apapun terhadap masyarakat. Membuat kehidupannya jauh dari kata ideal,” pungkasnya. [] Muhar