IJM: Dalam Demokrasi , Artis Dimanfaatkan Parpol untuk Mendulang Suara

by -4 views

Tsaqofatuna.id Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana mengungkapkan bahwa dalam demokrasi artis dimanfaatkan partai politik (parpol) untuk mendulang suara.

“Fenomena artis ‘nyaleg’, maju dalam kontestasi calon legislatif (caleg) merupakan simbiosis mutualisme, bahwa berbondong-bondongnya para pesohor itu dimanfaatkan partai untuk mendulang suara,” ujarnya dalam program Aspirasi: Artis – Artis Semakin Jadi Harapan Cerah Wong Cilik? Di Kanal YouTube Justice Monitor, Ahad (10/3/2024).

Fenomena ini, menurut Agung, menjadi alarm bagi negeri ini bahwa siapapun dapat menjadi caleg atau wakil rakyat.

“Tidak perlu memiliki keahlian atau pendidikan khusus di bidang politik atau paham tentang dunia politik, enggak perlu! Cukup punya ketenaran, mereka sudah bisa menjadi anggota parpol,” ungkapnya.

Untuk menjadi anggota parpol pun, sambungnya, juga tidak banyak kualifikasi tertentu yang harus mereka penuhi. Hanya membutuhkan KTA (Kartu Tanda Anggota) untuk menjadi anggota parpol. Karena dalam sistem demokrasi, politik hanyalah tentang meraih kekuasaan.

“Mereka akan ramai berpolitik ketika sudah dekat dengan waktu pemilihan. Namun setelah pemilihan selesai, mereka diam melihat kebijakan yang menyengsarakan rakyat, bahkan malah mendukung menyusun kebijakan,” sesalnya.

Ia lantas memandang, bisa dibayangkan jika para artis yang biasa bermain sesuai skenario, ketika duduk sebagai anggota dewan, maka itu berpotensi tetap memainkan perannya sesuai skenario yang ditetapkan oleh partai atau ketua partai.

“Atau ditetapkan oleh pihak-pihak lain yang memang men-setting untuk membuat skenario parpol,” ucapnya.

Padahal, kata Agung, belum tentu para pesohor dari kalangan artis itu dapat memahami dan mewakili masyarakat, karena sebelumnya mungkin mereka tidak terjun ke bawah, tidak paham dunia politik dan tidak paham bagaimana menyusun kebijakan, ini tentu problem.

“Bisa kita bayangkan, apabila yang membuat aturan adalah para pesohor dari kalangan artis yang tidak memahami kebutuhan rakyat, belum paham masalah politik, juga tidak mengerti agama,” ucap Agung penuh kekhawatiran.

Agung pun menandaskan, begitulah demokrasi, apapun bisa dilakukan asalkan sesuai keinginan mendapat suara terbanyak bagi parpol.

Ia juga menambahkan, di antara para artis itu mungkin ada yang punya kemampuan berpolitik. Tetapi, kata Agung, ketika berhasil duduk di kursi dewan nyatanya tidak membawa perubahan yang signifikan bagi rakyat Indonesia.

“Hingga kini banyak rakyat masih dalam kesulitan. Mereka terpaksa mengikuti aturan yang dibuat anggota dewan meski keputusan itu justru menzalimi rakyat, seperti misalnya undang-undang omnibus law, kenaikan pajak, penghapusan subsidi dan lain sebagainya,” bebernya.

“Pertanyaannya, mungkinkah mereka akan seenaknya membuat aturan? Sangat mungkin itu terjadi, ujarnya memungkasi. [] Muhar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *